Liverpool Fc

Selasa, 01 Juli 2014

UMI

Siti Fatimah, ya beliau adalah sosok ibu yang telah melahirkan dan membesarkan saya. Umi biasa saya memanggilnya. Umi selalu membesarkan anak anak nya dengan caranya sendiri ya walaupun cara nya itu terkadang membuat saya kesal hehe saya mempunyai 2 saudara satu kakak laki laki dan satu adik perempuan. Teringat sejak dulu umi tidak pernah memanjakan anak anak nya, jika kami sudah berada dikelas 6 sd umi tidak akan mencuci baju kami lagi melainkan kamilah yang harus mencuci baju kami sendiri. Dan banyak hal lainnya yang harus kami kerjakan sendiri. Namun seiringnya waktu ketika kakak saya mulai bekerja dan ia pulang satu minggu sekali maka tugas mencuci itu kembali ke tangan umi begitupun ketika saya mulai kuliah diluar daerah dan pulang satu minggu sekali terkadang umi saya yang mencuci baju saya tanpa diminta, saya yakin beliau hanya ingin anak anak nya yang hanya pulang satu minggu sekali itu pulang hanya untuk istirahat.

Walaupun beliau sudah menua dan setiap melakukan pekerjaan berat pasti selalu ada anggota badannya yang sakit, umi tetap melakukan itu semua untuk kami. Bayarannya kami akan memijat anggota tubuh nya yang sakit itu. Kami sekeluarga sangat sering bercanda ria bersama, tertawa, saling memukul dan saling menjahili. Dibulan Ramadhan ini mengingat kan saya tentang baju baru. Dulu, sewaktu saya masih di smp keluarga saya mengalami kesulitan keuangan pada saat menjelang lebaran, saat itu kami tidak punya uang bahkan untuk membuat kue lebaran saja tidak ada. Satu malam sebelum lebaran ternyata bapak memberikan uang ke umi untuk membeli baju anak anak nya, tentu saja saya dan adik saya sangat senang namun, saya heran kenapa umi tidak cepat cepat mengajak kami ke pasar ciawi tempat biasanya kami membeli baju? Dan ternyata kami tau alasannya.  Umi bilang, “nanti malem aja ya beli baju nya dipasar ciawi pas takbiran biasanya jam jam segitu baju baju sedikit jadi lebih murah”, sedih jika teringat momen momen itu, hanya untuk mendapatkan baju lebaran yang murah kami harus belanja pada malam takbir jam 10 malam. Dan umi hanya membeli baju untuk saya dan adik saya saja, beliau bilang beli baju nya satu aja cukup soalnya beliau ga punya uang lagi. Dan ketika kami sama sekali tidak mempunyai kue, umi berinisiatif membantu uwa kami untuk membuat kue sehingga kami sedikit mendapat kue untuk lebaran.

Lebaran pun tiba kami mengenakan baju baru, sementara umi, bapak dan kakak saya hanya mengenakan pakaian lama mereka. Dulu umi sering sekali tidak membeli baju saat lebaran ataupun tidak maka dari itu beliau sering kesulitan memilih baju jika akan pergi ke suatu tempat. Akhirnya umi biasa mengenakan kaos jika akan pergi ke suatu tempat termasuk sekolah saya. Saya selalu berpikir saat saat jika umi saya pergi keseolah untuk mengambil rapor dan hanya mengenakan kaos biasa yang lusuh sementara ibu ibu yang lain mengenakan pakaian yang formal dan terlihat mahal serta mengenakan perhiasan, bagaimana perasaannya? Apakah beliau merasa minder atau bagaimana? Sampai sekarang saya tidak pernah tau jawabannya namun satu hal yang pasti adalah umi selalu mendahulukan kepentingan anak anak nya dan selalu memikirkan anak anaknya dibanding dirinya sendiri. Sejak saat itu entah kenapa saya kurang suka untuk membeli baju dan sejenisnya, walaupun sekarang keadaan umi telah berubah dikarenakan kondisi keuangan kami yang cukup meningkat dibanding sebelumnya. Mungkin karena factor umi, sosok ibu yang sangat hebat dan seorang istri yang sangat sabar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar